PENDIDIKAN PRASEKOLAH



Pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang diperolah anak pada usia 3 sampai 6 tahun
Pendidikan ini bertujuan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rhani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar

Pendidikan prasekolah sangat baik bagi anak, karena adanya perkembangankapasitas intelektual anak sebagai berikut:
Pada masa 4 tahun          : Mencapai  50%
Pada masa 8 tahun          : Mencapai  80%
Pada masa 18 tahun        : Mencapai  100%

Di Indonesia pendidikan prasekolah lebih dikenal sebagai PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini).
PAUD menurut Undang-Undang No20. Tahun 2003, Pasal 1, Butir 14 merupakan upaya pembinaan yang dituju kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan Jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
  • Infant (0-1 tahun)
  • Toddler (2-3 tahun)
  • Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
  • Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

Beberapa tokoh yang berpengaruh terhadap perkembangan PAUD :
Frederich Wilhelm Froebel
Frederich Wilhelm Froebel lahir di Jerman dikenal sebagai “The Founding Father“ karena menghasilkan suatu system disebut “Garden of Children“ atau “Kinder garten” yang berarti taman atau kebun milik anak . Di Indonesia diterjemahkan menjadi Taman Kanak-kanak .

Penerapan Pandangan Froebel
Pelaksanaan pembelajaran pada anak usia dini dianggap baik, apabila :
1.          Hendaknya menyiapkan lingkungan yang dapat mendorong proses belajar melalui kegiatan eksplorasi dan penemuan
2.          Orangtua dan guru sebaiknya bekerja sama dalam mendukung anak memperoleh pengalaman
3.          Anak diberi kesempatan untuk mendapat pengetahuan dan kegiatan yang lebih kompleks
4.          Anak belajar menyukai buku dan mampu berbahasa dengan caranya sendirri melalui aktivitas bercerita
Froebel berpendapat bahwa terdapat 3 (tiga) prinsip yang perlu diperhatikan dalam pendidikan anak usia dini :
The Gifts, adalah sejumlah beda yang dapat diraba dan dimainkan oleh anak-anak dengan cara-cara tertentu
The Occupation, adalah serangkaian kegiatan yang memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi artistic
The Mothers play, adalah lagu-lagu dan permainan atau games yang dirancang khususuntuk kegiatan social dan pengalaman anak terhadap alam sekitarnya


Lev Vygotsky

Lev Vygotsky di kenal sebagai a sosialcultural constructivist asal Rusia. Vygotsky dalam Brodova dan Deborah (1996:23) berpendapat bahwa pengetahuan tidak diperoleh dengan cara dialihkan dari rang lain, melainkan merupakan sesuatu yang dibangun dan diciptakan oleh anak. Vygotsky yakin bahwa belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipaksa dari luar karena anak adalah pembelajar aktif dan memiliki struktur psikologis yang mengendalikan perilaku belajarnya.

Vygotsky mengemukakan beberapa kegunaan alat berpikir manusia yaitu :
·         Membantu memecahkan masalah, seseorang akan mampu mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Anak-anak akan mencoba memecahkan masalah dalam permainan yang sedang dikerjakan (mencari jejak).
·         Memudahkan dalam melakukan tindakan, dengan alat berpikirnya, setiap individu akan dapat memilih tindakan atau perbuatan seefektif dan seefisien mungkin dalam mencapai tujuan itu merupakan cerminan dari berfungsinya alat berfikir.
·         Memperluas kemampuan, melalui berbagai eksporasi yang dilakukan seorang anak melalui panca inderanya, maka akan banyak hal yang ia ketahui

·         Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya, alat berpikir berkembang secara alami, mengikuti apa yang terjadi disekitarnya. Semakin banyak stimulasi yang diperoleh anak saat berinteraksi dengan lingkungannya, maka akan semakin cepat berkembang fungsi pikirnya.

PENGELOLAAN KELAS






Tujuan dan strategi manajemen

Manajemen kelas yang efektif punya dua tujuan: membantu murd menghabiiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktvitas yang tidak diorientasikan ada tujuan, dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.

Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Berikut 4 prinsip dasar yang dapat anda pakai untuk menata kelas (Evertson, Emmer, & Worsham, 2003):
·         Kurangi kepadatan ditempat lalu lalang
·         Pastikan bahwa pengajar dapat dengan mudah melihat seluruh murid
·         Materi pengajaran dan perlengkapan murid hrus mudah diakses
·         Murid dengan mudah melihat presentasi kelas



Gaya Penataan





1.       Gaya auditorium,  gaya susunan kelas dimana semua murid duduk menghadap guru.
2.       Gaya tatap muka,  gaya susunan kelas dimana murid saling menghadap.
3.       Gaya off-set, gaya susunan kelas dimana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat murid) duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapan satu sama lain.
4.       Gaya seminar, gaya susunan kelas di mana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau berbentuk U.
5.       Gaya klaster,  gaya susunan kelas dimana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil.



Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran


     Strategi Umum
Strategi ini berasal dari gaya parenting Diana Baumrind (1971, 1996). Beberapa strategi umum yang dapat digunakan, seperti berikut:

1.       Menggunakan Gaya Otoritatif. Seperti orang tua yang otoritatif, guru yang otoritatif akan punya murid yang cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen kelas yang otoritatifakan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi, menentukan standar dengan masukan dari murid.
2.       Menggunakan Gaya OtoritarianGaya manajemen kelas yang otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak banyak melakukan percakapan dengan mereka. Murid di kelas yang otoritarian ini cenderung pasif, tidak mau membuat inisiatif aktivitas, mengekspresikan kekhawatiran tentang perbandingan sosial, dan memiliki keterampilan komunikasi yang buruk.
3.       Menggunakan Gaya Permisisf. Gaya ini memberi otonomi yang banyak pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Tidak mengejutkan, murid di kelas permisif cenderung punya keahlian akademik yang tidak memadai dan control diri yang rendah.

Mengelola aktivitas kelas secara efektif
·         Menunjukan seerapa jauh murid mengikuti
·         Mengatasi situasi timpang tidih secara efektif
·         Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran
·         Melibatkan murid dalam aktivitas yang menantang

Membangun Aturan dan Prosedur Kelas
Berikut ini empat prinsip yang harus diinginkan saat anda akan menyusun aturan dan prosedur di kelas anda (Weinstein, 1997) :
1.       Aturan atau prosedur harus  masuk akal dan dibutuhkan
2.       Aturan dan prosedur harus jelas dan dipahami
3.       Aturan dan prosedur harus konsisten dengana tujuan mengajaran dan embelajaraan
4.       Aturan dan prosedur harus konsisten dengan aturan sekolah.





Sumber Referensi:
Santrock, J. W. (2004). Psikologi Pendidikan (2nd Edition ed.). (T. Wibowo, Trans.) Jakarta: PRENAMEDIA GROUP.

PENIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS





Siapakah anak yang menderita ketidak mampuan itu?

     Dahalu istilah “ketidakmampuan” (disability) dan “cacat” (handicap) dapat dipakai bersama-sama, namun kini kedua istilah itu  dibedakan.

  • Disability adalah keterbatasan fungsi yang membatasi kemampuan seseorang
  • Handicap adalah kondisi yang dinisbahkan pada seseorang yang menderita ketidakmampuan. Kondisi  ini boleh jadi disebabkan oleh masyarakat, lingkungan fisik, atau sikap orang itu sendiri (Lewis, 2002)
  • Impairment (kerusakan) adalah anak-anak yang memiliki organ  tetapi fungsi organ tersebut  rusak
  • At Risk (beresiko)adalah adanya kemungkinan resiko yang menyerang seperti: anak yang tinggal di dekat rel kereta api beresiko untuk jadi tuna rungu.


     Para pendidik lebih sering menggunakan istilah “children with disabilities” (anak-anak yang menderita ketidakmampuan) ketimbang “disababled children” (anak cacat). 
     Tujuannya adalah memberi penekanan pada anaknya (pemberian label pada anak agar memperoleh perlakuan khusus), bukan pada cacat atau ketidak mampuannya. Anak anak yang menderita ketidakmampuan tidak lagi disebut sebagai “handicapped” (penyandang cacat), walaupun istilah handicapping condition masih digunakan untuk mendeskripsikan hambatan belajar dan hambatan fungsi dari seseorang yang mengalami ketidak mampuan.

Tujuan Pendidikan Khusus:
  1. Mengembangkan kehidupan anak didik dan siswa sebagai pribadi
  2. Mengembangkan kehidupan anak didik dan siswa sebagai anggota masyarakat
  3. Mempersiapkan siswa untuk dapat memiliki ketrampilan sebagai bekal memasuki dunia kerja 
  4. Mempersiapkan anak didik dan siswa untuk mengikuti pendidikan lanjutan.                             









Bentuk dan Jenis PALB:

Bentuk Pendidikan Khusus:
                a. SLB (PP RI No. 27 Tahun 1991) terdiri dari :
                                - TKLB
                                - SDLB
                                - SLTPLB
                                - SMLB
                b. Sekolah Inklusi (UU Sisdiknas 2003)

Jenis SLB:
  •  SLB A: untuk tuna netra

                Persyaratan : keterangan dari dokter mata, umur sebaiknya 3 – 7 tahun dan tidak lebih dari 14 tahun
               
  •  SLB B: untuk tuna rungu

                Persyaratan : keterangan dari dokter THT, umur sebaiknya 5 – 11 tahun
  • SLB C: untuk tuna grahita IQ 50 – 75

             C1: untuk tuna grahita IQ 25 – 50
                Persyaratan: Keterangan IQ dari psikolog, keterangan dari sekolah terakhir dan umur sebaiknya 5,5 – 11 thn
  • SLB D: untuk tuna daksa (cacat tubuh) dgn IQ normal

                D1: untuk tuna daksa dgn IQ < normal
                Persyaratan: keterangan dokter umum, ortopedi dan syaraf, keterangan psikolog, umur 3 – 9 tahun
  • SLB E: untuk tuna laras

                Persyaratan: anak mengalami kesulitan menyesuaikan diri atau pernah melakukan kejahatan, umur antara 6 – 18 tahun
  • SLB G: untuk tuna ganda


                Persyaratan : keterangan dari dokter dan psikolog



Sumber Referensi:
Santrock, J. W. (2004). Psikologi Pendidikan (2nd Edition ed.). (T. Wibowo, Trans.) Jakarta: PRENAMEDIA GROUP.


Testimoni Selama Belajar Psikologi Pendidikan


 

   Haloooo...
Nama saya Risky Amelia Saragih, NIM 161301061.

     Psikologi Pendidikan merupakan cang ilmu psikologi yang cukup menarik bagi saya. Selama masa belajaar dalam mata kuliah ini, dosen dosennya selalu melakukan strategi strategi mengajar yang cukup menarik, mulai dari pembukaan, proses penyampaian materi, hingga pemberian tugas tugas yang membuat kami sebagai mahasiswa khususnya saya merasa tertarik dan enjoy dalam belajar. Proses tanya jawab yang sering berlangsung dalam kelas pun sangat menyenangkan dan membuka wawasan saya. Dan setiap dosen mampu membuat kami yang bertanya dan mencoba menjawab merasa lebih bersemangat, dihargai dan menimbulkan rasa aktif dan turut berpartisipasi dalam ruangan.

     Pemberian tugas seperti observasi langsung ke sekolah sekolah seperti sd, smp, dan sma juga sangat menarik, walaupun kami masih disemester awal, tapi dengan adanya tugas seperti ini kami mahasiswa jadi lebih merasa tertantang dan harus bersikap lebih baik lagi karena setelah bertemu langsung dengan siswa siswa sekolah tersebut saya tersadarkan kalau mahasiswa itu seharusnya sudah dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa siswa tersebut dan harus bisa meraih kesuksesan untuk akhirnya dapat juga memberikan sesuatu yang lebih layak agi kepada mereka, baik itu dari segi pendidikannya, sosial, ataupun hal lain. Saya juga khususnya lebih berani untuk tampil dan menghadapi situasi baru saat pertama kalai menginjakkan kaki ke SMK yang saya dan temen kelompok saya observasi.

    Dan sejauh ini, seluruh materi pelajaran yang dipelajari dapat dipahami dan dilihat pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari hari. Contohnya Classical dan Operant Conditioning yang ternyata memang sudah alami secara langsung semenjak saya kecil, kemudian juga mengenai inteligensi, motivasi, teknologi, multikultural dan beberapa hal lainnya. Saya merasa senang dapat belajar psikologi pendidikan dan proses pembelajarannya juga menyenangkan...


Demikian testimoni saya, terimakasih banyak atas perhatiannya, maaf jika ada salah salah kataa..
Salam sejahtera untuk kita semuaa..

Manajemen kelas pada siswa kelas 12 di SMK Nusa Penida


Tugas observasi SMK oleh kelompok
- Via Dwi Wulandari             161301003
- Helen Oktavia S                  161301006
- Fernaldo Frans                    161301021
- Erika Sustari                        161301031
- Vania Salsabyla                   161301033
- Risky Amelia Saragih         161301061
- M Prananda Sikumbang    161301068


Topik : Suasana kelas dan cara pengajaran guru dikelas pada siswa SMK
Judul: Manajemen Kelas pada siswa kelas 12 di SMK Nusa Penida


Perencanaan

Pendahuluan
Untuk memiliki skill tertentu pada zaman sekarang ini sangatlah dibutuhkan. Dimana, banyaknya tenaga kerja terlihat lebih berkualitas dan kompeten jika ia tidak hanya memiliki wawasan yang luas, namun juga memiliki skill tertentu. Hal ini berkaitan dengan susahnya untuk menjadi anggota suatu perusahaan ataupun membuka suatu lapangan kerja tanpa sebuah skill yang baik. Adapun topik tersebut kami pilih karena kualitas seorang manusia itu bisa ditentukan oleh salah satunya skill atau kemahiran tertentu yang dimiliki, pada saat masa pembelajaran, suasana dan cara penyampaian pengajar sangatlah berpengaruh untuk proses dan perkembangan berpikir. Disini kami membahas tentang bagaimana manajemen kelas tersebut karena pembelajaran yang efektif didasari oleh penyampaian pengajar dan kekondusifan kelas saat pembelajaran berlangsung. Jika kelas memiliki manajemen kelas yang baik, para murid maupun pengajar akan memiliki energi positif yang akan menciptakan suasana dan pemikiran yang baik dalam melaksanakan pembelajaran, dan tentunya suasana tempat belajar dan cara penyampaian pengajar sangat baik maka daya serap siswa juga akan bekerja dengan maksimal
Objek yang kami pilih dalam penelitian ini adalah murid kelas 3 SMK Nusa Penida, Medan. Sekolah ini kami pilih karena skill yang baik harusnya dibentuk dan diasah sejak dini, dan SMK Nusa Penida ini adalah sebuah sekolah kejuruan dimana para murid telah belajar ditempat atau kejuruan yang mereka tentukan untuk lebih memfokuskan minat mereka. Dengan memilih sekolah kejuruan, para murid dapat mengasah skill mereka dengan mempelajarinya sejak dini, karena banyak murid disekolah biasa tentunya belum bisa memilih minat mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat keantusiasan siswa dalam belajar dan melihat bagaimana dukungan atau arahan pengajar dalam memotivasi siswa untuk selalu meningkatkan semangat murid kelas 12 dalam belajar.

Landasan Teori
A. Tinjauan Tentang Pengelolaan Kelas
     Pendidik memegang peran yang sangat penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Ada banyak indikator yang menunjukkan pendidik tersebut berhasil dalam mengajarnya, di antara indikator tersebut yaitu seorang pendidik harus menguasai materi atau bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik, memiliki kemampuan berinteraktisi yang baik dengan peserta didik, mampu memilih dan menggunakan metode, startegi dan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan, mampu mendesain pembelajaran dengan baik, selain itu pendidik mampu menciptakan atmosfer “suasana” kelas yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Mengajar merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam mengorganisasi lingkungan belajar sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan serta untuk memotivasi peserta didik agar lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karenanya kegiatan pembelajaran yang sangat penting adalah terletak pada kearifan dalam mengorganisasi lingkungan.
     Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembelajaran. Oleh karenanya, sangat penting bagi pendidik memiliki kemampuan dalam mengola kelas dengan baik, menciptakan suasana kelas yang harmonis sehingga pembelajaran berjalan dengan optimal. Beberapa indikator tersebut adalah ciri dari guru yang mampu menguasai kelas atau mengola kelas dengan baik sehingga keberhasilan dalam belajar mengajar tercapai.

1.         Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas terdiri dari dua suka kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Jika dilihat dalam kamus besar bahasa Indonesia pengelolaan merupakan proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
     Pengertian kelas dalam arti bahasa adalah ruang tempat belajar di sekolah atau juga bisa diartikan sebagai sekelompok masyarakat berdasarkan pendidikan, penghasilan, kekuasaan,Proses Belajar Mengajar. 
     Menurut Arikunto, kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang  lebih spesifik seperti yang telah dikenal dalam dunia pendidikan, kelas merupakan sekumpulan siswa yang menerima mata pelajaran yang sama dari seorang pendidik yang sama dan dalam waktu yang sama pula.
     Pengelolaan kelas adalah kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang optimal serta dapat mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam kelas selama proses belajar mengajar. Berbagai upaya dalam menciptakan suasana belajar yang optimal antara lain dengan menata ruangan/fisik kelas dengan baik, penataan kursi dan bangku peserta didik serta berbagai sarana dan prasarana yang ada didalam kelas, selain mengola fisik kelas pendidik juga harus mengola sistem pembelajaran yang baik agar peserta didik mampu menerima materi yang disampaikan pendidik secara maksimal dengan lebih nyaman, menyenangkan dan dinamis di dalam kelas.
Pengelolaan kelas menurut Ahmad Rohani adalah merujuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan “raport”, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketetapan waktu penyelesaian tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif dan sebagainya).

Menurut Sudarwan Danim manajemen kelas atau pengelolaan kelas dapat didefinisikan sebagai berikut :
     a. Pengelolaan kelas adalah seni atau parksis (praktik dan startegi) kerja yaitu pendidik bekerja secara individu, dengan atau melalui orang lain untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Yang dimaksud dengan sumber daya kelas adalah instrument, proses pembelajaran sebagai inti dan hasil belajar sebagai muaranya
     b. Pengelolaan kelas merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan oleh pendidik, baik individu maupun dengan orang lain untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Kata perencanaan pembelajaran dan unsur-unsur penunjangnyaPelaksanaan bermakna proses pembelajaran sedangkan evaluasi bermakna evaluasi pembelajaran yang terdiri dari dua jenis yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran
     c. Pengelolaan kelas merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan oleh pendidik baik individu maupun dengan orang lain untuk mencapai tujuan 22 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran pembelajaran yang efektif dan efisien dengan cara memanfatkan segala sumber daya yang ada.

Salman Rusydie mendefinisikan pengelolaan kelas yang tak jauh beda dari tokoh-tokoh diatas, menurutnya pengelolaan kelas merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengatur agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara sistematis. Usaha tersebut mengarah pada persiapan materi yang akan diajarkan, persiapan berbagai sarana dan prasarana atau alat peraga jika ada, pengaturan fisik kelas (ruang belajar), mewujudkan situasi dan kondisi belajar yang nyaman sehingga tidak membosankan bagi peserta didik dan pengaturan waktu yang baik serta terus mengontrol jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir dengan baik sehingga tujuan kurikulum dapat tercapai.
Sedangkan pengelolaan kelas menurut Mulyasa yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Maisah dalam bukunya “Manajemen Pembelajaran Kelas” mengatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan pendidik dalam menciptakan iklim/suasana pembelajaran yang kondusif dan efektif serta kemampuan dalam mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Ada beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan mengelola kelas, Menurut Edmund, Emmer dan Caroly Evertson yang dikutip oleh Sri Esti Wuryani Djiwandono, bahwa indikator keberhasilan dari pengelolaan kelas adalah sebagai berikut :
1. Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa dikelas
2. Tingkah laku siswa yang tidak banyak menganggu kegiatan guru dan siswa lain
3.  Menggunakan waktu belajar yang efisien.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan terencana yang dilakukan oleh pendidik dalam mengola kelas dengan menggunakan sumber daya yang ada. Baik dari segi fisik kelas maupun material. Dari segi fisik misalnya dalam mengola bangku serta sarana dan prasana yang ada, sedangkan dari segi material terdiri dari kemampuan pendidik dalam berinteraksi dengan peserta didik, kemampuan pendidik dalam menggunakan metode serta strategi yang tepat dan kemampuan pendidik dalam menggunakan media yang sesuai. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah dengan mengola kelas dengan baik pendidik dapat dengan mudah mengatasi berbagai masalah yang muncul selama proses pembelajaran.
Semua hal tersebut dimaksudkan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga peserta didik menjadi lebih nyaman dan menyenangkan selama proses belajar mengajar serta peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki dengan begitu tujuan pendidikan akan tercapai dengan maksimal.

2.         Pendekatan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melaikan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Permasalahan yang timbul dari peserta didik merupakan faktor utama yang terkait langsung dengan pengelolaan kelas. Oleh karenanya ada beberapa pendekatan yang dapat diaplikasikan didalam mengola kelas yang sesuai dengan masalahmasalah yang terjadi. Karena pada intinya pendekatan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kegairahan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar baik secara individual maupun secara berkelompok.
Pendekatan tersebut antara lain:
a. Pendekatan konseling
Kedisiplinan peserta didik menjadi fokus utama dalam pengelolaan kelas dan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar. Peserta didik yang mempunyai masalah dan yang sering melakukan penyimpangan harus mendapat perhatian utama dan penanganan khusus daripada peserta didik yang lainnya.
Dalam hal ini pendidik harus aktif dalam melakukan pengawasan terhadap peserta didik. Pendekatan konseling ini menempatkan pendidik untuk selalu berupaya dalam mengenali masalah yang dimiliki oleh setiap peserta didik sekaligus mampu memberikan solusi untuk memecahkan masalahnya. Selain itu pendidik harus mampu membantu peserta didik untuk mengenali diri mereka sendiri sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.
Dengan begitu apabila pendidik menguasai dalam pendekatan konseling ini maka proses belajar mengajar dikelas akan berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakan

b. Pendekatan perubahan tingkah laku
Pendekatan perubahan tingkah laku dalam pengelolaan kelas dimaksudkan merubah tingkah laku peserta didik dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Agar pengelolaan kelas dapat tercapai dengan baik, berjalan dengan efektif, maka pendidik harus melakukan pendekatan perubahan tingkah laku.
Peran pendidik dalam pendekatan ini adalah mengembangkan tingkah laku yang baik dari peserta didik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik dari peserta didik. Dalam hal ini pendidik berupaya merubah tingkah laku peserta didik misalnya dengan memberikan reward kepada peserta didik.

Ada dua macam reward dalam dunia pendidikan, yaitu:
1) Reward Positif
Reward positif diberikan kepada peserta didik yang berprestasi, peserta didik yang bertingkah laku baik dan peserta didik yang menampilkan sikap positif ketika dalam proses belajar mengajar.
Reward positif bisa dengan memberikan pujian didepan teman-temannya atau juga dengan cara memberikan nilai tambahan kepada peserta didik tersebut.
2) Reward Negatif
Pada umumnya peserta didik yang menyimpang akan diberikan hukuman/punishment, tetapi memberikan hukuman pada dasarnya tidak diperbolehkan dalam proses pebelajaran dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Maka untuk menangani peserta didik yang bermasalah atau yang menyimpang, pendidik dapat memberikanya reward negatif.
Reward negatif bisa berupa pengurangan nilai atau juga dengan memberikan tugas tambahan untuk peserta didik yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik jera dan tidak akan mengulangi perbuatan menyimpang sehingga secara perlahan masalah tentang tingkah laku peserta didik yang menyimpang atau kurang baik akan berubah menjadi baik.

c. Pendekatan kekuasaan
Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai proses mengontrol tingkah laku peserta didik didalam proses pembelajaran. Menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas secara kondusif merupakan peran yang sangat penting bagi pendidik. Pendidik memiliki kekuasaan untuk memerintah peserta didik agar tetap disiplin dan mentaati aturan/norma yang telah disepakati bersama antara pendidik dan peserta didik. Pendidik melakukan pendekatan tersebut melalui kekuasaan dalam bentuk norma yang telah disepakati tersebut.
Dengan demikian, fungsi pendidik sebagai individu yang berkuasa didalam kelas perlu dipahami dan diterapkan dengan baik, agar peserta didik dapat mencapai tujuan belajar dan pembelajaran dengan baik.

d. Pendekatan ancaman
Ancaman juga dapat dijadikan salah satu pendekatan yang perlu dilakukan pendidik untuk menertibkan peserta didik, memenejemen kelas dengan baik. Namun perlu ditekankan lagi bahwa pendekatakan ancaman ini hanya boleh dilakukan ketika kelas sudah tidak bisa diatur lagi dan ketika sudah mencoba menggunakan pendekatan lain tetapi suasana kelas masih gaduh dan tidak bisa dikendalikan.
     Pelaksanaan dari pendekatan ancama ini seperti melarang untuk melakukan sesuatu, mengejek, menyindir dan memaksa peserta didik. Namun yang harus diingat bahwa memberi ancaman kepada peserta didik harus dalam koridor kewajaran dan diusahakan tidak melukai perasaan peserta didik. Apabila ancaman yang dilakukan pendidik sangat berlebihan, seperti mengejek didapan kelas sehingga semua peserta didik yang lainnya mengerti atau membandingbandingkan, memukul ataupun memaksa yang keterlaluan maka bisa jadi hal itu akan melukai perasaaan siswa. Hal ini ditakutkan siswa menjadi tidak bersemangat lagi mengikuti pelajaran karena rasa malu ataupun rasa dendam kepada pendidik yang telah memberikan ancaman dan mereka bertindak semakin represif didalam kelas.
     Pada dasarnya pendekatan ancaman ini termasuk pendekatan yang tidak popular dan sudah seharusnya ditinggal. Karena dianggap melanggar hak asasi manusia. Di era modern ini, paradigma baru dalam dunia pendidikan terkait pengelolaan kelas sudah menghendaki pendekatan yang bersifat keadilan, demokratis, manusiawi dan egaliter. Oleh karenanya pendekatan ancaman sebaiknya ditinggalkan dan hanya boleh digunakan ketika kelas benar-benar tidak dapat dikendalikan.

e. Pendekatan kebebasan
Lain halnya dengan pendekatan kekuasaan dan pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan merupakan suatu pendekatan dimana guru mengupayakan terciptanya kebebasan untuk peserta didik dalam mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja.
Namun, pendekatakan ini dinilai dapat menganggu kewibawaan pendidik dan memberikan kesempatan kepada pendidik untuk meninggalkan kedisiplinan. Pendekatan ini didasarkan pada sebuah asumsi bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang membantu peserta didk agar merasa bebas untuk mengejarakan apapun kapan saja dan dimana saja.

f. Pendekatan resep
Pendekatan ini dilakukan dengan cara membuat daftar yang dapat menggambarkan segala sesuatu yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh pendidik dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi didalam kelas. Tugas pendidik disini adalah mengikuti petunjuk sesuai dengan yang tertulis dalam resep.

g. Pendekatan disiplin diri
Bukan hanya pendidik yang dapat menentukan atau menilai peserta didik, melainkan peserta didik juga harus mampu membangun kepercayaan pada dirinya sendiri, mampu menciptakan disiplin diri untuk dapat menilai dan mengubah tingkah lakunya. Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan kelasberfungsi sebagai kecakapan peserta didik untuk membangun dan memelihara hubungan pekerjaan pendidik dengan peserta didik.

h.  Pendekatan sosioemosional
Pendekatan ini berupaya untuk menciptakan iklim sosioemosional yang positif dalam kelas. Hubungan sosioemosial yang dimaksud adalah hubungan yang baik antara pendidik dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.

i.  Pendekatan proses kelompok
Pendekatan proses kelompok merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik dalam mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan demi menciptakan suasana kelas yang bergairah dan aktif bagi setiap peserta didik.

j.  Pendekatan pluralistic
Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang memberikan kebebasan kepada pendidik untuk memilih serta menggunakan berbagai pendekatan lainnya yang sesuai dengan suasana yang dihadapi demi terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif dan terarah.

3.      Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Mengola kelas bukanlah suatu hal yang dapat dengan mudah dan ringan dilakukan. Secara umum ada dua faktor masalah yang dapat timbul dalam kelas, yaitu faktor internal peserta didik dan faktor eksternal peserta didik.
     Faktor internal yang ditimbulkan dari peserta didik kerap sekali berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan perilaku. Kepribadian dari peserta didik yang berbeda-beda dengan ciri khas yang berbeda-beda pula baik dari segi biologis, intelektual maupun psikologi. Hal ini membutuhkan penanganan yang ekstra dan harus dikelola dengan arif, bijaksana dan dewasa. Sedangkan faktor eksternal yang timbul dari peserta didik terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dalam kelas dan lain sebagainya.
      Ada konsep fisik dan konsep sosial didalam kelas, pendidik harus mampu mengola kedua aspek tersebut agar proses pembelajaran berjalan dengan baik secara efektif. Dalam konteks ini, pendidik bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara sistem atau organisasi kelas. Karena itu, kondisi kelas merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan proses pembelajaran dan supaya tujuan dari pengelolaan kelas itu tercapai, yaitu memotivasi serta merangsang peserta didik agar aktif dalam pembelajaran.
Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam pengelolaan kelas terdapat beberapa prinsip yang harus dilaksanakan demi kelancaran dan keberhasilan serta untuk memperkecil timbulnya masalah atau gangguan dalam mengola kelas. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

a.         Prinsip kehangatan dan antusias.
Misalnya dengan cara mendekati peserta didik dan menanyakan persoalan yang mungkin di alami oleh peserta didik maka disitu pendidik harus mampu memberikan solusi atas persoalan yang dialami oleh peserta didik. Dalam hal ini pendidik bukan hanya menjadi pendidik tetapi juga sebagai konsultan bagi peserta didiknya.
b.         Menciptakan berbagai tantangan
Pada umumnya peserta didik sangat tertarik dengan suatu tantangan. Memulai pelajaran dengan memberikan beberapa tantangan kepada peserta didik akan membangkitkan motivasi yang sangat tinggi dan dapat menumbuhkan antusiasme siswa belajar.
Memberi tantangan kepada peserta didik di awal pembelajaran itu dapat digunakan untuk memancing perhatian peserta didik, selain itu juga akan dapat membangkitkan semangat belajar meraka. Sehingga menimbulkan perasaan tertantang pada peserta didik yang dapat mengunggah rasa antusiasme peserta didik untuk berfikir lebih lagi dari biasanya dan dapat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.
Selain itu hal ini memungkinkan seorang pendidik akan selalu bersemangat dan terus belajar dalam mengatasi berbagai hal yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku yang menyimpang. 

Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh pendidik dalam memberikan tantangan, antara lain:
1)        Melakukan evaluasi
Mengadakan evaluasi secara sederhana setiap selesai meyampaikan materi pembelajaran. Selain itu bisa dengan mengadakan evaluasi di awal pelajaran dengan melontarkan beberapa pertanyaan yang terkait pengetahuan secara umum sesuai dengan materi yang akan disampaikan
Dalam memberikan evaluasi pendidik dapat menyampaikannya melalui permainan, msalnya dengan mengadakan kuis atau cerdas cermat agar peserta didik tidak bosan apabila selalu dalam proses pembelajaran yang formal.
2)        Mengaitkan dengan dunia luar
Belajar akan terasa sangat membosanan apabila hanya terpaku pada materi yang ada di buku saja. Peserta didik juga sangat membutuhkan pengaplikasian secara langsung, oleh karena itu sebaiknya pendidik harus pandai dalam mengaitkan materi pelajaarannya dengan memberikan contoh dalam dunia nyata
Hal ini dimaksudkan agar peserta didik bukan hanya paham secara tersirat saja tetapi juga paham dalam pengaplikasian secara riil. Dan ini merupakan tantangan yang sulit bagi pendidik untuk selalu menguhubungkan materi ajarnya dengan kejadian dikehidupan sehari-hari.
3)        Menggunakan metode yang variatif
Penggunaan metode, pendekatan, teknik, gaya, media dan alat pengajaran yang bervariasi yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan menghilangkan kejenuhan
c. Penggunaan cara dan perbuatan yang fleksibel, luwes dan menyenangkan. Keadaan ini diharapkan dapat menghilangkan berbagai masalah yang mungkin terjadi
d. Mengupayakan hal-hal yang positif bagi peserta didik dan menghindari sejauh mungkin kesalahan yang dapat memancing peserta didik untuk bersikap negatif kepada pendidik
e. Mengedepankan sikap teladan dihadapan peserta didik dengan tujuan agar peserta didik dapat lebih patuh dan hormat bukan karena rasa takut melainkan karena rasa bangga peserta didik kepada pendidik. Selain itu agar peserta didik dapat mencontoh hal yang positif dari pendidik.

4. Konsep Tradisional dan Modern Pengelolaan Kelas
Konsep pengelolaa kelas secara tradisional didefinisikan sebagai segala upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan suasana kelas yang tertib dan disiplin. Definisi ini mengarah kepada pengelolaan kelas yang otoriter, dimana sentral dalam kelas hanyalah pendidik.
Pola pembelajaran hanya ada ditangan pendidik. Konsep ini dibangun dengan asumsi bahwa kelas yang disiplin adalah kelas yang patuh secara kepada pendidik, peserta didik harus datang tepat waktu, tempat duduk peserta didik ditentukan oleh pendidik, peserta didik tidak diperkenankan untuk melirik ke arah kiri dan kanan, tidak ada suaru sedikitpun kecuali pendidik yang menerangkan, pendidik menghukum peserta didik didepan teman-temannya apabila melakukan penyimpangan. Hal-hal seperti itu dianggap indikator suksesnya kegiatan pembelajaran.
Ketika pendidik melakukan usaha seperti contoh diatas maka yang ada peserta didik akan merasa tertekan mengikuti pelajaran dikelas, peserta didik akan merasa tidak nyaman dan merasa bosan jika berlamalama berada didalam kelas dan akibat yang lebih fatal dari itu adalah peserta didik kehilangan motivasi belajar karena sikap pendidik yang otoriter. Maka jelas hal itu bukan termasuk pengelolaan kelas yang efektif.
     Lain halnya dengan konsep pengelolaan kelas secara modern. Pengeolaan kelas dalam konsep modern dipandang sebagai proses mengorganisasikan atau memanfaatkan segala sumber daya dikelas demi terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Mengorganisasi segala sumber daya dimaksudkan agar pendidik mampu memecahkan berbagai masalah yang menjadi kendala didalam kelas sekaligus menciptakan suasana kelas yang kondusif secara berkesinambungan.
Selain mengorganisasi sumber daya, satu hal yang tak kalah pentingnya adalah pendidik harus mampu memahami karakter peserta didik sehingga dengan mudah pendidik dapat menentukan gaya belajar yang sesuai. Peserta didik akan merasa enjoy dan nyaman ketika pendidik mampu menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai, dengan begitu kelas akan menjadi kondusif dan proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

5. Perencanaan Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, oleh karena itu pengelolaan kelas membutuhkan perencanaan yang sebelum masuk kedalam kelas dan pengorganisasian yang baik ketika dalam proses pembelajaran. Pendidik harus berupaya menjadi “perencana” kelas yang baik. Ketertiban dan kedisiplinan dalam kelas membutuhkan perencanaan yang optimal. Perencanaan harus dipikirkan secara matang agar ketika didalam kelas pendidik mampu mengajar dengan baik, mengola kelas dengan efektif dan dengan mudah menghadapi beragam masalah yang timbul. Ada beberapa hal yang penting dalam perencanaan, sebagai berikut:
a. Menyiapkan silabus dan RPP
b. Mengenalisis karakter peserta didik yang akan mengikuti pelajaran
c. Mengukur tingkat kemamuan peserta didik pada taraf sebelumnya
d. Menyiapkan materi yang akan diajarkan
e. Menentukan model pembelajaran serta merencanakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar
f. Menentukan alat dan media pembelajaran yang akan digunakan
g. Menentukan tempat dan waktu pembelajaran
h. Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan 
i. Menentukan alat evaluasi yang diperlukan


Alat dan bahan :
1.       Buku
2.       Peralatan tulis
3.       Kamera
4.       Reward (berupa pulpen yang di berikan bagi yang menjawab dan bertanya)


Analisis Data
Data yang didapatkan dari kelas 12 ( A ) siswa SMK Nusa Penida terdiri dari 19 siswa yang terdiri dari 12 laki-laki dan 7 perempuan. Kesimpulan ditarik berdasarkan Observasi yang dilakukan serta diskusi kelompok yang kemudian akan menunjukkan bagaimana Manajemen kelas yang ada di SMK Nusa Penida.

Objek atau Subjek
Data yang diambil adalah di sekolah SMK Nusa Penida Medan dengan subjek penelitian adalah siswa kelas 12  SMK Nusa Penida. Populasi siswa di SMK Nusa Penida berjumlah sekitar  orang, sedangkan sampel yang digunakan berjumlah 21 orang yang diambil dari kelas 12 ( kelas A )


Jadwal Pelaksanaan
9 Maret 2017 : Menetukan sekolah yang akan diobservasi
10 Maret 2017 : Mensurvey lokasi sekolah SMK Nusa Penida, dan bertanya mengenai kesediaan sekolah dalam pengambilan data
11 Maret 2017 : Sekolah Menyatakan bersedia
13 Maret 2017 : Mengurus surat izin dari fakultas
16 Maret 2017 : Berdiskusi dengan kelompok mengenai pelaksaan observasi
20 Maret 2017 : Berdiskusi mengenai pertanyaan dan hal-hal yang ingin disampaikan
23 Maret 2017 : Surat izin dari fakultas keluar
29 Maret 2017 : Membeli reward berupa pulpen untuk siswa SMK yang menjawab pertanyaan
30 Maret 2017 : Melakukan observasi ke SMK Nusa Penida Medan

Kalkulasi Biaya
1.    Membeli reward ( pulpen ) : Rp 12.000,-

Pelaksanaan
Penelitian dilakukan pada tanggal 30 Maret 2017 ke sekolah SMK Nusa Penida. Kelompok berangkat dari rumah masing-masing pada pukul 08:30 WIB dan sampai di sekolah SMK Nusa Penida pada pukul 10:00 WIB. Sebelum melakukan observasi kelompok membagi tugas untuk didalam kelas. kelompok memasuki ruang guru untuk berbicara terlebih dahulu kepada kepala sekolah SMK Nusa Penida dan berdiskusi mengenai kelas mana yang akan diobservasi. Kelompok dibawa oleh ibu guru untuk memasuki ruangan kelas yang pada saat itu sedang belajar matematika. Guru mempersilahkan kami masuk dan mengulang pembelajaran dari awal agar hal yang ingin diobervasi bisa berjalan maksimal. Kelompok mengamati cara guru menerangkan dan atensi siswa selama kurang lebih 25 menit.
Pelaporan dan Evaluasi

Laporan
1.    
Teori Belajar  
Dalam kegiatan pembelajaran di SMK Nusa Penida dipandu metode yang digunakan adalah Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas (CPTT).
Metode ini adalah metode mengajar gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas.

Metode campuran ini idealnya dilakukan secar tertib, yaitu :
1). Penyampaian materi oleh guru.
2). Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa.
3). Pemberian tugas kepada siswa
.

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang diterapkan guru
2.    Motivasi
Berdasarkan hasil pengamatan, motivasi siswa SMK Nusa Penida Medan yang paling dominan adalah motivasi instrinsik yaitu lebih menekankan motivasi belasal dari dalam diri sendiri. Pada saat observasi dilakukan, salah satu teman kami menanyakan tentang hal tersebut, dan salah satu seorang siswa menjawab bahwa motivasi ia masuk SMK bukan dorongan dari luar, melainkan doronngan dari dalam diri sendiri.

3.    OrientasiBelajar
Orientasi belajar yang digunakan adalah perpaduan antara Student-Centered Learning (SCL) dan Teacher-Centered Learning (TCL). Namun yang lebih dominan adalah TCL.
Orientasi SCL terlihat dengan adanya diskusi dalam membahas soal dalam kelas, tampak seorang guru memberikan solusi dalam menggerjakan soal tersebut.
Orientasi TCL terlihat ketika guru menerangkan di depan dengan gaya presentasi dan siswa memperhatikan guru. Selain itu guru juga memberikan contoh soal yang dikerjakan secara bersama dengan para siswa.

4. Manajemen Kelas
a.       Lingkungan Fisik Kelas
Ruang-ruang kelas di SMK Nusa Penida Medan cukup luas sehingga ruangan tidak terlalu padat. Siswa dalam kelas terdapat 18 siswa. Fasilitas seperti papan tulis,proyektor,jam dinding kipas angin, dan meja belajar ada di dalam ruangan. Seperti sekolah pada umumnya, setiap dua orang siswa berada di meja yang sama. Kelas menggunakan white board dan mempunyai sebuah proyektor yang tergantung di langit-langit atap kelas.
Hal yang disayangkan adalah kondisi kelas yang berada di lantai 3. Di dalam kelas juga jam dinding tampaknya mati, sehingga waktu tidak menunjukan dengan sesuai. Pada kondisi umum, gaya penataan kelas adalah gaya auditorium dimana semua siswa duduk menghadap guru. Gaya auditorium ini menmbatasi kontak antar siswa tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja.

b.      Gaya Pengajaran
Gaya pengajaran yang digunakan oleh Guru Matematika ketika observasi dilakukan adalah gabungan antara gaya permisif dan otoritatif.  Guru tidak memberikan banyak dukungan untuk pengelolaan perilaku namun guru melibatkan murid dalam kerja sama dan menjelaskan aturan untuk dipahami dalam pengerjaan tugas. Hal ini terlihat ketika guru membahas soal di depan, namun sekalian mendiskusikannya kepada murid-murid.

Dari data yang diperoleh didapatkan hasil sebagai berikut :
-       Pada awal saat memulai pembelajaran, guru selalu memberikan motivasi pada siswa agar semangat dalam mengikuti pelajaran dan fokus karena sebentar lagi para murid akan menghadapi ujian nasional
-       2 orang menyatakan bahwa mereka memilih sekolah kejuruan karena motivasi intrinsik ( dorongan dalam diri )
-       3 orang menyatakan bahwa suasana kelas sudah cukup nyaman untuk proses belajar
-       2 orang menyatakan lebih suka belajar dengan santai
-       1 orang menyatakan bahwa nyaman-nyaman saja berada disuatu kelas bersama dengan teman-teman yang memilik beragam suku dan agama


Desain Poster

Evaluasi
Beberapa halangan seperti jadwal perkuliahan yang padat, kesepakatan mengenai jadwal observasi, kesempatan tiap anggota kelompok, dan sebagainya, menjadi alasan observasi ini dilaksanakan sedikit terlambat. Setelah membuat kesepakatan dengan pihak sekolah, akhirnya observasi ini dapat dilakukan, tepatnya pada tanggal 30 Maret 2017.
Observasi yang dilakukan sedikit melenceng dengan waktu yang ditargetkan, observasi seharusnya dilakukan sekitar pukul 08.30, namun karena alasan tertentu membuat observasi harus diundur hingga pukul 9.30. sebelum kami melakukan observasi, kami menyiapkan reward (berupa pulpen) untuk diberikan kepada siswa yang aktif dalam menjawab ataupun memberikan pertanyaan. Meskipun mayoritas diantara siswa telihat kurang kompetitif dan malu untuk berbicara, beberapa siswa terlihat bersemangat dan menunjukkan sikap apresiatif terhadap reward yang kami berikan.
Beberapa kendala lainnya adalah sikap kurang kondusif yang terdapat didalam kelas yang kami observasi. Siswa laki-laki (dimana karena laki-laki menjadi kaum mayoritas dikelas tersebut) sangat mudah untuk memancing keributan tanpa mempedulikan 2 orang guru yang mendampingi kami selama observasi, beberapa sikap kurang sopan juga ditunjukkan oleh mereka, sehingga tidak jarang kami merasa kesulitan ketika memulai pembicaraan dengan mereka.
Terlepas dari beberapa kendala yang terdapat pada observasi ini, secara keseluruhan, mini proyek ini dapat terlaksana dengan lancar.


Testimoni

-       M Pranandha S : Selain observasi ini dapat meningkatkan pemahaman saya tentang implementasi dari teori-teori yang telah kami pelajari sebelumnya, observasi ini juga menambah pengalaman saya dalam menekuni bidang psikologi.
-       Vania Salsabyla : Observasi ini sangat berguna untuk menambah pengalaman saya. Dimana saya melihat bahwa kondisi kita dalam belajar sangat penting guna menarik perhatian kita pada materi yang diajarkan oleh guru. Meskipun banyak siswa yang terlihat kurang termotivasi dan masih malu untuk memberi pendapat tapi hal itu saya maklumi karena mereka masih dibangku sekolah, dimana belum menuntut mereka untuk tampil didepan kelas. ada beberapa siswa yang sangat ramah atas kehadiran kelompok kami dan hal itu membuat saya sangat senang karena mereka memberikan respond yang baik terhadap hal-hal yang kami tanyakan.
-       Erika Sustari :  Tugas mengobservasi ini pengerjaannya memang mudah tapi juga susah. Saat mengobservasi juga banyak hal yang terjadi yang bisa menjadi pengalaman cukup berharga dengan cara memaknai setiap kejadian yang terjadi.
-       Risky Amelia : Pemberian tugas untu observasi ke sekolah sangat menarik buat saya, dan merupakan hal yang baru buat saya. Selama melakukan observasi saya merasa senang dan bersemangat walaupun ada sedikit kesal karena tingkah siswa yang kurang baik dalam merespon kedatangan kami. Obervasi yang kami laksanakan menambah pengetahuan baru bagai saya, salah satunya bagaimana cara mengobservasi. Dan kegiatan ini juga melatih saya untuk lebih aktif, berani, dan lebih pintar untuk membaca situasi yang ada khususnya pada lingkungan baru, serta lebih memahami dan mengerti bagaimana cara untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang baru pula.
-       Fernaldo Frans : Saya begitu semangat saat ingin mengobservasi di SMK Nusa Penida dikarenakan dapat menambah pengalaman saya sebagai calon peneliti tentunya. Dibalik itu terdapat kesenangan sendiri dimana teringat-ingat saat suasana masih di sekolah dulu, walau sedikit tidak seperti yang diharapkan saat observasi berlangsung, dapat melakukan observasi adalah pengalaman yang luar biasa
-       Helen Oktavia : Saat melakukan observasi saya sangat antusias karena ini adalah pengalaman baru untuk saya. Walaupun siswa SMK Nusa Penida terlihat memiliki sikap antusias yang kurang baik, tetapi beberapa orang juga memberi respond yang positif atas kedatangan kelompok kami
-       Via Dwi Wulandari : Melakukan observasi di SMK Nusa Penida cukup menyenangkan untuk saya, dimana saya bisa melihat proses belajar didalam kelas 12 dan membuat kesimpulan atas apa saja yang terjadi pada saat proses belajar berlangsung. Kesempatan ini menambah pengalaman saya dan memberikan saya beberapa pelajaran mengenai pentingnya sebuah manajemen kelas untuk menambah motivasi siswa


Dokumentasi
-       SMK Nusa Penida
SMK Nusa Penida berada pada lantai 3 Gedung Universitas Medan Area Medan

 - Salah satu siswa SMK yang berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan

-       Saat guru sedang menyampaikan materi

-       Foto bersama siswa kelas 12 ( A ) SMK Nusa Penida

-       Foto dengan kepala sekolah SMK Nusa Penida

-       Mendapat surat balasan dari SMK Nusa Penida untuk Fakultas Psikologi USU








Daftar Pustaka
-       Santrock., J.W. 2008. Psikologi Pendidikan ( edisi kedua ). Jakarta : Prenada Media Group
-       http://digilib.uinsby.ac.id/5019/Bab%202.pdf





POWER POINT



Diberdayakan oleh Blogger.